Denpasar Dikepung Banjir, Sembilan Warga Jadi Korban
Denpasar – Hujan deras yang mengguyur Bali sejak Selasa malam (9/9/2025) hingga Rabu pagi (10/9/2025) memicu banjir besar di sejumlah wilayah. Kabupaten Jembrana diterjang air bah yang merendam rumah warga dan fasilitas umum, sementara Kota Denpasar dikepung banjir hingga aktivitas pemerintahan dan sekolah terhenti.
Di bantaran Tukad Badung, sebuah toko roboh akibat derasnya arus sungai. Insiden itu menyeret tiga orang ke dalam aliran air. Sementara di kawasan Pasar Kumbasari, Denpasar, tiga pedagang juga terseret banjir saat tengah beraktivitas.
Data Basarnas Bali mencatat, hingga Rabu sore terdapat sembilan orang menjadi korban. Dari insiden runtuhnya bangunan di Tukad Badung, enam orang terdampak. Dua di antaranya berhasil diselamatkan, sementara empat orang ditemukan meninggal dunia.
Di Pasar Kumbasari, satu pedagang ditemukan tewas, sedangkan dua lainnya masih hilang terbawa arus. Tim gabungan dari Basarnas, BPBD, dan relawan masih terus melakukan pencarian.
Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III, Wayan Musteana, menjelaskan banjir kali ini dipicu fenomena gelombang ekuatorial Rossby yang aktif di wilayah Bali.
“Gelombang ini memicu pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan lebat, ditambah kelembaban udara yang tinggi dari lapisan permukaan hingga 500 milibar,” ujar Musteana.
Menurut BMKG, potensi hujan lebat masih mungkin terjadi meski tren curah hujan diperkirakan mulai menurun. Bali kini memasuki masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, menyebut banjir terjadi akibat meningkatnya debit air sungai dari wilayah hulu. Ia memastikan seluruh perangkat daerah telah bergerak cepat melakukan penanganan darurat.
“Posko-posko lapangan sudah dilengkapi pelayanan dari Dinas Sosial hingga Dinas Kesehatan, termasuk distribusi obat-obatan,” kata Jaya Negara.
Ia menegaskan bahwa percepatan penanganan menjadi kunci dalam pelayanan kepada masyarakat.
“Semakin cepat kita bergerak, semakin baik pelayanan yang bisa diberikan,” ujarnya.
Banjir di Denpasar dan Jembrana menjadi pengingat serius akan dampak langsung perubahan dinamika atmosfer global terhadap keselamatan masyarakat.
Pemerintah daerah, relawan, dan warga diimbau untuk tetap siaga menghadapi potensi bencana susulan.