Badan Geologi Pastikan Gempa Bekasi Tak Picu Likuefaksi
Badan Geologi memastikan gempa bumi bermagnitudo 4,9 yang mengguncang wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek) serta sebagian barat laut hingga selatan Jawa Barat pada Rabu (21/8) malam tidak berpotensi menimbulkan bahaya ikutan seperti likuefaksi.
“Gempa ini tidak berisiko menyebabkan retakan tanah, penurunan permukaan, likuefaksi, maupun longsoran besar. Masyarakat tidak perlu panik, cukup tetap waspada,” ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, di Jakarta.
Ia menjelaskan, gempa dangkal tersebut dipicu aktivitas sesar naik pada zona Sesar Baribis. Analisis menunjukkan pusat gempa berada di darat, sekitar 14 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi, dengan kedalaman 10 kilometer.
Berdasarkan data tapak lokal Vs30, wilayah di sekitar episentrum didominasi kelas tanah C (padat hingga batuan lunak), D (tanah sedang), dan E (tanah lunak). Kondisi ini, kata Wafid, yang menyebabkan getaran terasa cukup kuat di sejumlah daerah.
Selain itu, area terdekat pusat gempa memiliki keragaman geologi, mulai dari dataran, perbukitan bergelombang hingga pegunungan. Dari segi litologi, penyusunnya terdiri atas batuan sedimen berumur tersier, batuan gunung api kuarter, serta endapan aluvium resen. Jenis batuan yang relatif muda dan lapuk tersebut cenderung memperkuat guncangan.
Karena itu, Badan Geologi tetap mengimbau masyarakat berhati-hati, terutama di area tebing atau lereng curam ketika hujan, meski tidak ada indikasi bencana susulan yang berbahaya.
“Kewaspadaan perlu dijaga, tetapi masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan,” tegas Wafid.
Sebelumnya, BNPB bersama BMKG melaporkan gempa dengan magnitudo 4,9 terjadi pukul 19.54 WIB. Guncangan berlangsung 1–4 detik, dirasakan dengan intensitas III–IV MMI di Bekasi, Depok, Purwakarta, Karawang, dan Cikarang. Sedangkan Jakarta, Bandung, Tangerang Selatan, dan Pelabuhan Ratu merasakan guncangan II–III MMI.